Ujian Kejujuran

Foto : Google

Kalung mutiara milik Putri Kalyani hilang. Kalung mutiara yang bersusun tiga mempunyai liontin berbentuk hati adalah pemberian ibu suri yang merupakan nenek sang putri.
Kalung itu merupakan benda kesayangan Putri Kalyani. Ia sangat jarang memakai kalung mutiara tersebut, hanya pada saat istimewa saja ia mengenakannya di lehernya yang indah. Kemarin, ayahanda raja berulang tahun. Di istana diadakan pesta yang sangat meriah. Dan Putri Kalyani pun mengenakan kalung mutiaranya yang serasi dengan tiara yang menghias kepalanya.
Karena kecapekan, seusai menghadiri pesta Putri Kalyani tidak menaruh kalung mutiara dalam kotak perhiasannya yang tersimpan rapat di lemari. Ia menaruh kalung itu di atas meja riasnya.
Ketika ia bangun pagi, ia melihat kalung itu sudah tidak ada. Ia pun membongkar-bongkar kamar dan lemarinya. Siapa tahu ia lupa menaruh kalung itu. Tapi kalung itu tetap tidak ditemukan. Dengan perasaan sedih, Putri Kalyani pun mengadukan hal tersebut kepada ibundanya, Ratu Nuha
“Apakah Kamu yakin menaruhnya di atas meja rias?”Tanya Ratu Nuha memastikan.
“Saya sangat yakin kalau semalam kalung itu saya taruh di atas meja rias,”lapor Putri Kalyani dengan yakin.
“Sudah kamu periksa seluruh kamarmu? Siapa tahu, Kamu lupa dan kalung itu tercecer?”
“Sebelum saya mengadu pada Ibunda, kamar sudah saya periksa dengan teliti. Tapi kalung itu tetap tidak ada. Aku sangat kehilangan karena kalung itu pemberian mendiang nenek,”kata Putri Kalyani dengan suara terisak.
Dengan sabar, Ratu Nuha menenangkan Putri Kalyani yang sedang bersedih. Setelah tangisnya mulai reda, Ia menyuruh Putri Kalyani untuk mengumpulkan seluruh pelayan istana.
Setelah seluruh pelayan berkumpul, Ratu Nuha pun mulai melakukan penyelidikan.
“Apakah kalian tahu, kenapa kalian dikumpulkan disini?”Tanya Ratu Nuha dengan suara penuh wibawa.
Para pelayan itu menggelengkan kepala. Mereka saling pandang satu sama lain dengan wajah bingung.
Ratu Nuha pun melanjutkan bicaranya. “Semalam, Putri Kalyani kehilangan kalung mutiaranya. Saya ingin bertanya, siapa diantara kalian yang mengambilnya? Kalau kalian mengembalikannya maka akan saya maafkan kesalahannya.”
Tidak ada seorang pun yang menjawab ataupun mengaku. Semuanya menundukkan kepala.
Ratu Nuha mengamati dengan seksama wajah para pelayannya. Semuanya tampak polos dan jujur. Tapi Ratu Nuha yakin bahwa diantara pelayannya ada yang telah mengambil kalung milik putrinya. Tapi siapa orangnya, ia benar-benar tidak tahu.
Sementara pelayan dikumpulkan, Ratu Nuha juga memerintahkan pengawal istana untuk menggeledah kamar para pelayan. Tapi kalung mutiara tidak juga ditemukan. Wajah Putri Kalyani makin mendung.
Karena tidak ada yang mengaku, maka Ratu Nuha pun menyuruh pelayan itu kembali bekerja seperti biasanya.
“Ibunda, tidak ada seorang pun yang mengaku mengambil kalung mutiaraku. Bagaimana ini?’keluh Putri Kalyani. “Aku ingin kalungku kembali!”
“Sabar, Ibunda sedang berpikir bagaimana caranya agar kalungmu bisa ditemukan kembali,”Ratu Nuha berusaha menenangkan Putri Kalyani.
Keesokan harinya, Ratu Nuha kembali menyuruh para pelayan untuk berkumpul. Kali ini mereka dikumpulkan di ruang makan. Pelayan itu disuruh duduk di meja makan. Dihadapan mereka ada segelas air berwarna merah.
“Karena diantara kalian tidak ada yang mengaku mengambil kalung mutiara, maka kemarin saya pergi ke tempat nenek sihir. Saya meminta ramuan ajaib yang bisa membuat pencuri mengaku. Silahkan, Kalian habiskan air yang ada didepanmu!”Perintah Ratu Nuha.
Para pelayan itu pun menuruti perintah Ratu Nuha. Mereka meminum air berwarna merah itu dengan patuh.
“Besok, siapa yang mencuri kalung maka lidahnya akan berwarna merah,”kata Ratu Nuha.
Setelah pelayan-pelayan meninggalkan ruang makan, Putri Kalyani mendekati Ratu Nuha dan langsung mengajukan pertanyaan.”Apakah benar kemarin Ibunda pergi ke tempat nenek sihir?Bukankah seharian kemarin ibunda mengurung diri di perpustakaan?”
“Betul, itu hanya taktik saja agar pencurinya mengaku. Lagian di negeri kita mana ada nenek sihir, itukan untuk menakuti-nakuti pencurinya”ucap Ratu Nuha tersenyum geli.
Keesokan paginya, Bosti pelayan yang bertugas membersihkan kamar Putri Kalyani terkejut mendapati lidahnya berwarna merah. Sekujur badannya keluar keringat dingin karena ketakutan. “Gawat, minuman yang diberikan Ratu Nuha benar-benar bekerja. Aksi pencurianku bisa ketahuan. Padahal tidak ada yang tahu kalau aku yang mencuri kalung Putri Kalyani,”pikir Bosti dengan panik. “Aku tidak mau dihukum gara-gara ketahuan mencuri. Aku harus membuat lidahku tidak merah.”
Dengan mengendap-endap, Bosti pergi ke dapur istana. Disana ia melihat-lihat makanan apa yang bisa membuat lidahnya tidak merah lagi. Bosti mengambil getah gambir dan kulit manggis kemudian ia mengunyahnya pelan-pelan, walaupun rasanya sangat pahit. Dan lidah Bosti pun tidak lagi berwarna merah tapi berwarna ungu.
Ketika Ratu Nuha menyuruh para pelayan berkumpul lagi, dengan penuh percaya diri, Bosti pun ikut dalam barisan.
“Karena kemarin kalian sudah meminum ramuan dari nenek sihir, maka sekarang kalian julurkan lidah kalian!”perintah Ratu Nuha tegas.
Ratu Nuha mengamati lidah para pelayan itu satu per satu. Semuanya berwarna merah kecuali lidah Bosti. Warnanya ungu. Ratu Nuha menyuruh pelayannya yang lain untuk bubar. Hanya Bosti yang disuruh tetap tinggal di ruang makan.
“Bosti, Kamu sembunyikan dimana kalung mutiara Putri Kalyani?”selidik Ratu Nuha.
“Apa maksud Ratu?Hamba tidak mengerti,”kata Bosti pura-pura tidak tahu.
“Bosti, kalau kamu tidak merasa mencuri maka kamu tidak akan berusaha membuat lidahmu berwarna ungu. Sekarang, mengakulah! Apa kamu mau kupancung dulu baru mau mengaku?”Tanya Ratu Nuha menakuti-nakuti Bosti.
Mendengar dirinya akan dipancung, Bosti pun langsung mengaku bahwa menang ia yang mencuri. Kalung mutiara milik Putri Kalyani disembunyikannya didalam tanah di dekat kebun anggrek milik Ratu Nuha. Saat digeledah, bukan Cuma kalung mutiara yang ditemukan disana. Berbagai macam perhiasan seperti cincin, kalung dan cermin yang terbuat dari emas juga ada.
Ternyata Bosti telah melakukan aksi pencurian sejak lama. Pantas saja, di istana sering kehilangan barang-barang berharga.
“Ibunda, terima kasih. Kalungku telah kembali lagi,”ujar Putri Kalyani gembira. “Ibunda, sangat cerdik! Bagaimana bisa Ibunda tahu yang mencurinya adalah Bosti? Air apa yang Ibunda berikan kepada pelayan?” Putri Kalyani tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.
“Itu hanya sirup biasa dan tidak ada pengaruh apa-apa. Cuma kalau orang yang dihinggapi rasa bersalah ketika bangun pagi dia akan panik melihat lidahnya berwarna merah dan berusaha untuk mengubahnya. Sementara orang yang tidak bersalah, dia akan santai saja menghadapi lidahnya yang berwarna merah,”jelas Ratu Nuha. “Padahal lidah orang yang sehat kan berwarna merah. Ini merupakan ujian kejujuran yang sederhana”
Putri Kalyani tersenyum bangga pada ibundanya yang telah berhasil menemukan kalung kesayangannya. Ia pun berjanji dalam hati untuk lebih berhati-hati menyimpan kalung tersebut.


Leave a comment